PemerintahanPeristiwa

Air Bengawan Solo Berubah Warna, DLH Bojonegoro Turun Tangan Ambil Sampel Uji Laboratorium

liputanbojonegoro637
×

Air Bengawan Solo Berubah Warna, DLH Bojonegoro Turun Tangan Ambil Sampel Uji Laboratorium

Sebarkan artikel ini
Cccf23ee f2fc 4f5a a3df b6649ac9bcda

Liputanbojonegoro.com, Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bergerak cepat untuk mengidentifikasi penyebab perubahan warna air Sungai Bengawan Solo yang terjadi belakangan ini. Pihak DLH telah mengambil sampel air di beberapa titik aliran sungai untuk diuji di laboratorium terakreditasi di Surabaya.

Sekretaris DLH Kabupaten Bojonegoro, Beny Subiakto, menjelaskan bahwa tim DLH telah diterjunkan untuk mengumpulkan data berupa gambar, menentukan titik lokasi pengambilan sampel, serta mengambil sampel air Bengawan Solo.

“Kami belum bisa memberikan keputusan atau kesimpulan karena masih harus menunggu hasil uji laboratorium,” ujar Beny.

Uji Laboratorium dan Koordinasi Lintas Wilayah
Sampel air tersebut kini sedang dalam proses pengujian di laboratorium terakreditasi di Surabaya. Kerja sama ini dilakukan karena laboratorium milik DLH Bojonegoro saat ini belum terakreditasi. Diperkirakan, hasil uji laboratorium tersebut akan keluar dalam kurun waktu 10 hingga 14 hari kerja.

Sementara itu, Staf Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda, Tutik Prangmiatun, menambahkan bahwa pengambilan sampel air permukaan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VI mengenai Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya. Salah satu titik pengambilan sampel yang disebutkan adalah di Bendung Gerak Kalitidu (S. 07” 08’05.64″ E. 111” 49’55.57”).

DLH Bojonegoro juga secara rutin memantau status mutu air Bengawan Solo melalui sistem ONLIMO (Online Monitoring System) pada stasiun KLHK59 Padangan Bojonegoro.

Sebagai langkah lanjutan, DLH Bojonegoro telah berkoordinasi dengan DLH Provinsi Jawa Timur, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, dan Balai Gakkum Kementerian LH di Surabaya. Koordinasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber pencemar dan merencanakan penanggulangan yang efektif.

Indikasi Pencemaran dari Hulu
DLH Bojonegoro juga secara aktif menjalin koordinasi dengan daerah-daerah yang dilintasi dan terdampak fenomena perubahan warna air ini untuk memastikan bahwa sumber pencemaran tidak berasal dari wilayah Kabupaten Bojonegoro.

“Koordinasi telah kita lakukan dengan wilayah hulu, yaitu DLH Kabupaten Ngawi, terkait kondisi air Bengawan Solo di sana, dan diperoleh informasi bahwa kondisi air masuk di wilayah Ngawi sudah tercemar,” tutup Tutik, mengindikasikan adanya dugaan sumber pencemaran dari daerah hulu sungai. DLH Bojonegoro berkomitmen untuk terus memantau dan berkoordinasi hingga penyebab pasti dan solusi penanganan masalah ini ditemukan.