BOJONEGORO – Kawasan Geopark Kayangan Api, Sendangharjo, Bojonegoro, menjadi saksi pembukaan Festival Geopark dan Jambore Taruna Budaya Provinsi Jawa Timur 2025. Acara ini mempertemukan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk memperkuat sinergi dalam pelestarian warisan geologi dan budaya.
Acara dibuka secara resmi dengan prosesi kirap menyambut Wakil Bupati Bojonegoro, Ibu Nurul Azizah, yang diiringi tarian sakral Kayangan Api. Pertunjukan budaya ini menggambarkan kekayaan seni tradisional Bojonegoro dan menghidupkan kembali kisah spiritual Empu Supa dari era Majapahit.
Dalam aacara ini hadir sejumlah tokoh penting, di antaranya: Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 11, Ibu Endah Hariani, S.S., MM, Perwakilan Badan Geologi Kementerian ESDM RI, Bapak Edy Slameto, ST., MT., (tautan tidak tersedia), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Ibu Evi Afianasari, ST., (tautan tidak tersedia), Hadir pula 6 dari 7 perwakilan Badan Pengelola Geopark Terundang, Forkopimda Bojonegoro, Ketua Komisi B dan C DPRD Bojonegoro beserta anggota, Staf Ahli, Asisten Daerah, Kepala OPD, dan Camat se-Kabupaten Bojonegoro.
Acara Festival ini menjadi momentum penting bagi pelestarian budaya, ditandai dengan Pengukuhan Kepengurusan Taruna Budaya Provinsi Jawa Timur dan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Badan Pengelola Geopark Bojonegoro dan sejumlah Badan Pengelola Geopark Terundang. Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola geopark dan melestarikan budaya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro menyampaikan kabar menggembirakan bahwa Bojonegoro berhasil mempertahankan status sebagai Geopark Nasional setelah revalidasi pada 10–15 Juni 2025. Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa, menyatakan dukungan penuh bagi Bojonegoro untuk melangkah sebagai aspiring UNESCO Global Geopark tahun 2026. Wakil Bupati Bojonegoro, Ibu Nurul Azizah, menyoroti bahwa Geopark Nasional Bojonegoro meliputi 16 geo-situs, 3 bio-situs, dan 8 cultural-situs. Festival ini, menurut beliau, menjadi bagian penting dari proses validasi menuju pengakuan UNESCO.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Ibu Evi Afianasari, menegaskan bahwa Geopark bukan sekadar tentang batu dan fosil, tetapi juga mencakup keberadaan manusia, budaya, dan narasi lokal yang hidup berdampingan dengan alam. Ia juga mengingatkan adanya penilaian baru dari UNESCO yang menekankan pentingnya warisan budaya tak benda seperti upacara adat, bahasa lokal, dan dokumentasi pelestarian budaya.
Dengan semangat kolaborasi dan kecintaan pada warisan alam serta budaya lokal, Festival Geopark 2025 menjadi simbol komitmen Bojonegoro dalam menjaga kekayaan bumi dan identitas bangsa bagi generasi mendatang. Diharapkan, bila Bojonegoro meraih status UNESCO Global Geopark, hal ini akan memperkuat branding Bojonegoro di mata dunia, menarik peneliti dan wisatawan serta membuka peluang besar di sektor riset.