Bojonegoro,Liputanbojonegoro.com –
Pj Bupati Bojonegoro dan jajaran Forkopimda bersama rombongan melaksanakan ziarah makam dalam memperingati Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-347, Jumat (18/10/2024). Sebagai rangkaian ziarah makam leluhur, makam yang dituju diantaranya makam Haryo Matahun yang ada di Desa Ngraseh, Kecamatan Dander.
Rombongan memulai ziarah di titik pertama, yakni makam Buyut Dalem di Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Bojonegoro. Lalu rombongan bergeser ke makam Kanjeng Soemantri, Kelurahan Mojokampung, Kecamatan Bojonegoro.
Titik ketiga ziarah di makam Haryo Matahun, Desa Ngraseh, Kecamatan Dander. Sementara titik keempat ke makam Adipati Djojonegoro di Desa Mojoranu, Kecamatan Dander.
Dalam kegiatan ini, Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto didampingi Pj Sekda Bojonegoro Djoko Lukito, staf ahli Pj Bupati, kepala OPD, Forkopimda, Forpimcam, Camat, jajaran dari pemerintah desa, tokoh agama, dan lintas sektor lainnya. Kegiatan diawali tahlil bersama, dilanjutkan prosesi tabur bunga oleh Pj Bupati, serta para tamu undangan. Acara kemudian dilanjutkan penyerahan tali asih dan ramah tamah.
Kali ini tim publikasi dan dokumentasi Pemkab Bojonegoro, mengikuti ziarah ke Makam Haryo Matahun. Letaknya sekitar 9,6 kilometer dari pusat kota. Adipati Haryo Matahun adalah Pangeran Sasongko atau Raden Songko.
Dalam catatan sejarah, Haryo Matahun merupakan salah satu keturunan Raden Wijaya dari Kerajaan Majapahit, dan dari Raden Patah Raja Demak. Adipati Haryo Matahun gugur dalam peperangan melawan pasukan Madura dan Sampang di Badholeng wilayah Sedayu (Kabupaten Gresik).
Peperangan tersebut terjadi karena Cakra Ningrat dari Madura tidak mau menghadap kepada Susuhunan Pakubuwono II. Di Kartasura, Raden Adipati Haryo Matahun dan bala tentara Jipang dikerahkan untuk menggempur Madura. Namun Cakra Ningrat saat itu dibantu oleh putranya penguasa Sedayu adalah Raden Tumenggung Secadiningrat.
Terjadi peperangan di Sedayu dan akhirnya gugurlah Raden Adipati Arya Matahun pada Setu (Sabtu) Kliwon tanggal 3 bulan Ruwah tahun Jimakir dalam candra sengkala gana (6) retu (6) obaing (6) jagad (1) atau tahun jawa 1666 (1735 masehi). Raden Temengung Kramawijaya putra Adipati Arya Matahun membawa jenazah ayahnya dan dimakamkan di Astana Mojoranu.