Pemerintahan

Dekranasda Dorong IKM Batik Bojonegoro ‘Naik Kelas’ Lewat Digitalisasi dan Kolaborasi Hexahelix

liputanbojonegoro637
×

Dekranasda Dorong IKM Batik Bojonegoro ‘Naik Kelas’ Lewat Digitalisasi dan Kolaborasi Hexahelix

Sebarkan artikel ini
0cde2ee5 ad30 49f6 97ba 3af53964be99

Liputanbojonegoro.com, Bojonegoro, 17 Oktober 2025 – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan sektor kerajinan lokal melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas bagi Industri Kecil Menengah (IKM) Batik dan Eco-print.

Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja ini berlangsung selama dua hari (16-17 Oktober 2025) dan diikuti oleh 30 peserta, termasuk perwakilan Asosiasi Pengrajin Batik.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja, Bapak Amir Syahid, dalam laporannya menegaskan bahwa Bimtek ini adalah langkah strategis untuk menjadikan Batik Bojonegoro sebagai ikon daerah dan motor penggerak ekonomi IKM.

“Upaya kita adalah menjadikan batik sebagai produk unggulan Bojonegoro. Namun, yang terpenting adalah adanya kesepakatan bersama antar pengrajin untuk menampilkan ciri khas Bojonegoro di setiap motif yang dibuat, sehingga batik kita memiliki identitas yang kuat,” jelasnya.

Selain memperkuat identitas, Bimtek ini juga bertujuan meningkatkan soft skill, mempererat kolaborasi, serta membuka jalur promosi dan pemasaran produk IKM agar mampu menembus pasar yang lebih luas, baik lokal maupun global.

Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bojonegoro, Ibu Cantika Wahono, dalam sambutannya memberikan arahan tajam mengenai tantangan dan peluang di era digital. Ia menekankan bahwa batik Bojonegoro bukan hanya selembar kain, tetapi adalah cerita tentang jati diri dan kearifan lokal yang harus dijaga sekaligus diadaptasi.

Ibu Cantika mendorong para pelaku IKM untuk secara aktif memanfaatkan media sosial sebagai etalase digital dan ruang promosi utama. Lebih jauh, ia mengajak pengrajin untuk menciptakan nilai tambah melalui inovasi produk turunan batik dan memperluas jaringan kolaborasi.

Di era digital, inovasi adalah napas bagi industri kecil. Kita harus berkolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, perbankan, akademisi, pelaku usaha, dan media dalam semangat kolaborasi yang saat ini bisa kita sebut hexahelix,” ujar Ibu Cantika.

Ia menutup arahannya dengan harapan agar Bimtek ini menjadi momentum perubahan nyata bagi IKM, bukan sekadar kegiatan seremonial. “Mari terus berkarya, berinovasi, dan berkolaborasi. Jadikan Batik Bojonegoro semakin dikenal, dicintai, dan bernilai di mata nasional maupun global,” pungkasnya. (Prokopim)